a little pray

saya mau ngoceh dalam arti sebenarnya.
Entahlah siapa yang membaca blog saya. Mungkin satu-dua orang, mungkin beberapa orang yang sekedar scroll down tidak membacanya.
Whatever, saya membutuhkan menulis. dan saya ingin menulis blog.

Justru terkadang saya takut ada yang membaca blog saya, dan kemudian mengenal saya. Saya tidak ingin dikenal lebih dalam. Tapi saya juga ingin seseorang -other than my mo- tahu bahwa saya bukan afifa yang lemot, saya justru terlalu jauh mengartikan perbincangan seseorang. That's why i fall in and out of love quickly.

Dan sekarang apa yang akan saya ocehkan adalah..

apa ya?

Saya tiba-tiba ingat perjalanan perasaan saya yang saya ingat sekali, dimulai sejak saya kelas 3 SD. Saya adalah anak bontot yang sangat kekanak-kanakan tapi seseorang membantu saya matang lebih cepat. *i don't hate you anymore*
Ketika itu ibu pun tahu saya lebih cepat dewasa dibandingkan teman-teman saya, bahkan mungkin dibandingkan kakak saya. Saya dan keluarga saya *setidaknya itu yang saya rasakan* menilai saya menyukai laki-laki baik hati, a geeky kind of guy yang tidak terlalu banyak bicara.

Tapi ternyata sang katalis, kalau boleh saya menyebutnya seperti itu, mengubah persepsi saya tentang geek guy.
Sejak saya mulai benar-benar puber berbarengan dengan teman-teman saya, banyak orang bertanya:

"apa yang kamu sukai dari pria itu?"
"apa sih yang kamu lihat dari seorang pria?"

dan saya tidak pernah bisa menjawab pertanyaan mereka. Karena perasaan bukanlah sesuatu yang bisa dipertanyakan. Saya tahu perasaan bisa diatur oleh logika, tapi saya juga tahu bahwa datangnya perasaan tidak bisa kita kontrol. Namun sekali lagi, ketika perasaan telah datang, kita bisa mengontrolnya.
Baiklah kembali ke pertanyaan tersebut.

Pertanyaan mereka kemudian saya pikirkan. Dan datanglah jawaban-jawaban dari logika saya.
Iya, apa yang membuat aku menyukai mereka? Cakep enggak, pinter juga biasa aja, style juga mendekati aneh, keuangan biasa aja, baik? ah rata-rata dari mereka justru kasar.

Tapi saya suka mereka. dan hari ini saya sadar bahwa mereka semua memiliki satu masalah yang sama. Yaitu masalah yang tidak seharusnya mereka hadapi.

Saya selalu berada di pihak pria-pria bermasalah. Pria-pria yang pada umumnya tidak akan dipilih wanita lain karena merepotkan, menyebalkan, cerewet, oversensitive, tukang ngamuk, kasar, chain smoker, dan lain-lain.

Mungkin memang bad boys really have some magnet over girls. Tapi saya selalu terlalu memasuki kehidupan mereka, sehingga saya pun bermasalah.

Sampai pada suatu hari, saya lelah. I have my own drama, dan saya lelah menjadi tempat bersandar, saya lelah mengatakan everything will be alright, saya pun lelah berlari.


Saya kemudian diam. Saya lebih suka sendiri. tapi saya kesepian.

saya sadar saya tidak bisa menentukan pilihan. saya selalu punya TAPI.

saya katakan pada ibu, saya ingin punya seorang suami yang stabil tanpa membawa masalah, seseorang yang tidak memperdulikan masalahnya, tidak membeberkan semuanya kesaya. Seseorang dengan cerita yang biasa saja tentang hari nya. seseorang yang tenang dan menenangkan saya. seseorang yang tidak menarik tangan saya untuk selalu berlari. I hate running, i love to walk.

Saya temukan orang itu kemudian.

tapi justru saya yang selalu menarik tangannya.

dan pada suatu hari saya lepaskan genggaman tangan saya. Demi kesehatan kami karena berlari terus menerus itu tidak baik. Demi ibu saya yang selalu ada untuk saya. Demi keluarga saya yang akan selalu menjaga saya. Demi ayah yang selalu menyelimuti saya. dan demi kewarasan diri saya sendiri.

Saya percaya niat yang baik akan membawa saya pada ketenangan yang lebih abadi, *kalau abadi itu nyata*, dan saya percaya niat yang baik akan membawa saya pada kehidupan yang lebih baik untuk semua.

Dan ternyata ketenangan itu hari ini saya temukan, dengan segala kekurangan dan kelebihannya. dengan semua kekecewaan dan kebahagiaan saya karena mendapatkannya. Dengan semua rasa curiga dan percaya saya. Dengan semua doa dan harapan saya. Dengan semua air mata dan tawa saya. Saya menyerahkan semua padaNya. Saya percaya Ia akan memberikan yang terbaik kehadapan kami, paling tidak untuk orangtua saya.

“ Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil ”

Lost_in_a_world_of_her_own_by_sherlyn
Happiness_by_oscarsnapshotter

0 Response to "a little pray"

Post a Comment