surat yang tersimpan

Tuhan. Ini mungkin adalah suratku untukMu. Atau salah satu karyaku. Tapi yang jelas, aku ingin menanyakan banyak hal tentang hari ini, perasaan cinta dan kehidupan. Apa yang akan terjadi hari ini Tuhan? Adakah sesuatu yang khusus untukku? Atau hanya untuk mereka -yang sedikit kusalahkan atas rasa sakitku- yang akan memulai kehidupan lagi hari ini?

Tuhan, aku tak ingin melarutkan perasaan ini terus menerus. Tapi aku tak mengerti, aku hanya terus terbawa arus. Komponen-komponen tubuhku mendadak seperti diseret air rasa. Aku terus terbawa. Aku tak mau. Bagaimana cara aku berdiri saat aku terjatuh dalam sungai derasMu? Aku merasa seperti banyak lumut dalam aliran deras ini. Sehingga saat aku ingin berdiri, aku terjatuh dan terus saja terjatuh. Badanku tak payah mencoba untuk berdiri. Tapi tak pernah berhasil. Bukankah lumut itu harusnya menjadi sesuatu yang sangat berguna untuk aku, manusia? Tapi mengapa aku selalu saja menyalahkannya? Aku belum bisa mencari keuntungan dari lumut dalam hal ini.

Tuhan, udara tidak terhirup dan terhembus seperti seharusnya hari ini. Oksigen tidak beredar dengan sempurna menit ini. Dan yang parah, karbon dioksida tidak keluar sempurna setiap detiknya. Ada molekul-molekul tercampur di dalamnya yang ikut menempel pula dalam organ tubuhku. Aku sesak. Mungkin ini karena perasaanku yang tidak pernah bernafas dengan baik. Dalam hal perasaan, seringkali aku menghirup udara dan tidak menghembuskannya sempurna.Yang seharusnya ku keluarkan dari tubuhku seperti rasa sakit dan cinta yang terlalu dalam, malah ku simpan dalam tubuh. Tuhanku Yang Sempurna Dalam Mengubah Segalanya, ubahlah sirkulasi perasaanku menjadi lebih baik. Aku tahu, jika aku meminta kesempurnaan, aku tidak bisa belajar. Jadi aku hanya meminta Kau membantuku membuatnya sedikit lebih baik.

Tuhan, maafkan aku. Terkadang aku berpikir, hidupku hambar tanpa dirinya. Hidupku akan menjadi rusak. Walaupun aku tahu ia bukan teman seperjuanganku, bukan orang yang bisa menjadi pemandu hidupku dan pula aku ingin menyingkirkannya. Tapi kemudian saat ia hadir kembali disini bukan untukku, aku menyesalkannya. Siapa yang salah Tuhan? Adakah yang salah? Apakah aku yang terlalu bodoh, memilih orang bodoh? Atau ia yang bodoh, meninggalkan aku? Atau aku saja yang egois? Dapatkah aku menyalahkan seseorang, hanya sekedar untuk kepuasan batinku saja? Tuhan, tolong aku. Aku sadar ia membuatku menafikkanMu. Ia membuatku lupa tentangMu. Dan aku tak mau ini semua terjadi. Sementara ia beranjak suci, aku seperti menampung semua dosa dan nistanya, aku menjadi kotor. Sedangkan aku adalah yang menjaga kesucian. Aku hanya penjaga, aku tetap tak mungkin sebersih suci, tapi paling tidak, aku tak boleh menampung dosa yang kotor.

Apakah semua orang yang jatuh cinta, melupakan Tuhannya?

Tuhan, Kau melihat sendiri kejadian ini. Ia berdiri didepanku, berlutut meminta penerimaan sebulat cincin di tangannya. Berkata-kata manis dan janji seumur hidup, menjanjikan pertanggung jawaban. Ah… aku terharu. Hanya saja, kemudian aku sadar haru yang seharusnya untukku ini, ada di sisi wanita itu, yang sedang ia tatap dalam-dalam matanya. Aku hanya menerima air mata, tanpa rasa haru, melainkan perasaan lain yang juga disertai buliran panas itu. Hasil perintah para syaraf-syaraf hati atas perlakuan kasar yang di hadapkan padaku. Atas perlakuan tidak manusiawinya. Tuhan, pantaskah aku menangis? Apakah aku terlalu mencintainya, aku takut ini semua menjadi salah. Aku tidak boleh mencintai siapapun sebesar ini sebelum cintaku padaMu sebesar ini. Tapi ya, aku mencintaMu.

Down here where I cannot see so clear
I said, what do I know
Show me the right way to go

(Coldplay - Spies)

Tunjukkan aku Tuhan, tunjukkan aku jalan yang baik. Show me the right path to Your way. Your perfect way. Atau jika tak bisa, kuatkan aku. Tolong kuatkan aku menjalani semua cobaan ini. Aku tahu, Kau adalah Maha Penyayang. Kau memberikan cobaan untukku belajar dan Kau tidak memberikannya kecuali aku bisa melewatinya. Maka dari itu, bantulah aku. Karena saat ini, aku agak letih dengan kekacauan yang sedang berlangsung, namun aku tahu tetap harus berusaha tak lelah menghadapinya. Karena aku tidak mau gila.

0 Response to "surat yang tersimpan"

Post a Comment