wound scratcher

Kota ini menciptakan sebuah persepsi baru untuk saya. Ketika nama kota ini disebut, yang terlintas dipikiran saya adalah perjuangan, pelukan kencang menahan tangis, perpisahan, keinginan berteriak yang susah tertahan, kenangan yang entahlah menyakitkan atau menyenangkan. Dan semua kata maupun kalimat itu merujuk pada satu nama, satu wajah, satu wangi yang khas, satu suara.

Saya ingin muntah.

Bukan karena saya membencinya. Tapi lebih karena rasa bingung dan campur aduk yang keterlaluan mendera saya. Saya bahagia tapi juga merasa tersiksa. Mungkin saya bahagia karena saya suka berada dalam keadaan tertekan.

Saya akan menggambarkan sesuatu disini, lewat kata-kata.

Ketika kamu kecil, kamu terjatuh, kamu terluka. Ibu mengobati lukamu dengan penuh kasih sayang. Membersihkannya dan membubuhi obat disana. Kemudian luka itu mulai membaik, benang-benang fibrinogen terbentuk. Pada saat itu selalu saja ada rasa gatal disekitar luka yang membuatmu ingin mengelupasnya kembali. Jika kamu tidak bisa menahan rasa gatal itu, kamu akan mengelupasnya. Ada sedikit perih, tapi terbayar dengan rasa gatal yang hilang. Luka terbuka lagi. Kamu tidak peduli. Tertutup benang fibrinogen lagi, kamu membukanya lagi. Terus begitu entah sampai kapan. Biasanya kamu tidak ingat.


Selalu deskripsi itu yang saya gunakan untuk menggambarkan perasaan-perasaan saya. Saya selalu terjatuh, terluka, kemudian ibu atau kakak membantu saya mengobati luka saya, tapi saya selalu membuka luka itu kembali dengan mengoreknya. Membuat luka baru. Saya tidak pernah bisa menahan rasa gatal. Saya tidak pernah bisa menahan keinginan diri. Saya belum bisa memenangkan logika diatas perasaan. Ketika saya membuka luka itu kembali, saya merasakan perih, tapi perih itu terbayar dengan rasa gatal yang hilang.

Kemudian ketika luka itu mulai tertutup dan timbul rasa gatal yang baru. Saya merasakan penyesalan yang dalam terhadap apa yang saya lakukan sebelumnya. Jika saja saya sedikit bersabar dan tidak mengorek luka-luka tersebut, saya tidak akan merasakan gatal yang menyiksa ini untuk kedua kalinya.

Antara ingin menggaruknya dan ingin membiarkannya saja agar tidak muncul gatal yang baru. Kenapa saya selalu memikirkan hal-hal seperti ini?
Mungkin karena saya pikir setiap hal itu ada baiknya dirasakan betul-betul.

Ada rasa gatal yang tidak bisa saya tahan lagi setiap kali saya menginjak kota ini. Rasa gatal yang benar-benar menyiksa saya.
dan penyiksaan itu benar-benar saya rasakan sore ini, ketika saya terguyur air hujan.

saya kemudian sadar, bagaimana bisa saya berpikir seperti ini, saat ini?


remember_when____by_charisefoley

Kota ini adalah kota yang indah, dengan segala kekurangannya saya tetap menganggap kota ini adalah kota yang indah. Kota yang hiburannya bukan hanya mall, kota yang kemanapun tetap bisa merasakan udara yang cukup segar dan pemandangan yang cukup indah. Tapi bagaimanapun juga... hal-hal internal tadi membuat keindahan kota ini menjadi susah terlihat.

dedicated to UNIE, untuk sharing kecil hari ini.
Dan Herra, untuk "sakit Bandung". semoga lekas sembuh.
dan untuk semua orang yang hobi menggaruk luka.


0 Response to "wound scratcher"

Post a Comment