nyata

Ah, air mata ini mengapa tak juga pergi. Aku ingin keluar merasai angin tapi malu pada matahari yang menampakkan bulu mata basahku, hidung memerahku. Ah, perih ini mengapa tak juga berhenti. Aku ingin berjalan tapi lemas rasanya kaki untuk menapak tanah.

Hidupku ini dua sisi. Bahagia yang semu bersamamu: dalam masa singkat. Kesedihan sesudahnya adalah realita. Setiap kali aku menemuimu, senyummu menguras pergi kotor jelantah. Pikiranku disibukkan tawa dan kesadaran bahwa setiap waktu kebersamaan kita adalah penghargaan yang tidak bisa dibiarkan terlewati begitu saja. Maka aku berbahagia.

Lima menit setelah perpisahan kembali pikiran tentang apa-apa yang terjadi berdatangan seperti hujan yang langsung membuatku kuyup. Datang bersamaan: baik gerimis maupun hujan besar, mereka selalu bersamaan, beramai-ramai. Dan tetes yang paling keras menghantam adalah kenyataan bahwa aku dan kamu selalu bermimpi.

Lelah sekali rasanya ragaku. Waktu-waktu tertentu. Tiga sampai lima jam, yang begitu penuh dengan senyuman dan setelahnya adalah kosong. Lamunan panjang tentang masa dimana tiga sampai lima jam itu tidak akan lagi ada.

Aku. Kamu. Adalah dua kalimat yang terpisah kemudian. Teringat lagu yang kau nyanyikan hari itu,

Hold me close and hold me fast
The magic spell you cast
This is la vie en rose

When you kiss me heaven sighs
And though I close my eyes
I see la vie en rose

When you press me to your heart
I’m in a world apart
A world where roses bloom

And when you speak...angels sing from above
Everyday words seem...to turn into love songs

Give your heart and soul to me
And life will always be
La vie en rose

Aku memberikan segenap hari dan jiwaku kepadamu. Tapi raga ini bukan milik kita saja. Dan taman mawar itu hanya bisa terwujud dalam angan.

0 Response to "nyata"

Post a Comment