Karena hanya lewat mimpi apapun bisa terjadi. Pertemuan dengan berbagai manusia, memiliki apa/siapapun. Melakukan apapun.
Hanya lewat mimpi.
Jadi aku sarankan kamu untuk bermimpi saja..agar terlampiaskan inginmu itu
be·bas /bébas/ a 1 lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dsb sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dsb dng leluasa): tiap anggota -- mengemukakan pendapat; burung itu terbang -- di angkasa; 2 lepas dr (kewajiban, tuntutan, perasaan takut, dsb): hari ini ia -- dr kewajiban mengajar; krn memang tidak bersalah, ia -- dr tuntutan; 3 tidak dikenakan (pajak, hukuman, dsb): surat dinas ini -- bea; 4 tidak terikat atau terbatas oleh aturan dsb: obat itu dijual -- dan terdapat di setiap apotek; 5 merdeka (tidak dijajah, diperintah, atau tidak dipengaruhi oleh negara lain atau kekuasaan asing): sehabis Perang Dunia II banyak negara yg --; politik luar negeri yg -- dan aktif; 6 tidak terdapat (didapati) lagi: negara kita belum -- buta huruf; daerah ini sudah -- cacar;Nikmat sekali menjadi bebas.. tapi sepertinya kebebasan itu.. Tapi, kebebasan saja tidak cukup membebaskan. Karena setelah itu semua pasti ada konsekuensi. Konsekuensi itu, sama sekali tidak membebaskan..
Ketika kamu kecil, kamu terjatuh, kamu terluka. Ibu mengobati lukamu dengan penuh kasih sayang. Membersihkannya dan membubuhi obat disana. Kemudian luka itu mulai membaik, benang-benang fibrinogen terbentuk. Pada saat itu selalu saja ada rasa gatal disekitar luka yang membuatmu ingin mengelupasnya kembali. Jika kamu tidak bisa menahan rasa gatal itu, kamu akan mengelupasnya. Ada sedikit perih, tapi terbayar dengan rasa gatal yang hilang. Luka terbuka lagi. Kamu tidak peduli. Tertutup benang fibrinogen lagi, kamu membukanya lagi. Terus begitu entah sampai kapan. Biasanya kamu tidak ingat.
Ah, air mata ini mengapa tak juga pergi. Aku ingin keluar merasai angin tapi malu pada matahari yang menampakkan bulu mata basahku, hidung memerahku. Ah, perih ini mengapa tak juga berhenti. Aku ingin berjalan tapi lemas rasanya kaki untuk menapak tanah.
Hidupku ini dua sisi. Bahagia yang semu bersamamu: dalam masa singkat. Kesedihan sesudahnya adalah realita. Setiap kali aku menemuimu, senyummu menguras pergi kotor jelantah. Pikiranku disibukkan tawa dan kesadaran bahwa setiap waktu kebersamaan kita adalah penghargaan yang tidak bisa dibiarkan terlewati begitu saja. Maka aku berbahagia.
Lima menit setelah perpisahan kembali pikiran tentang apa-apa yang terjadi berdatangan seperti hujan yang langsung membuatku kuyup. Datang bersamaan: baik gerimis maupun hujan besar, mereka selalu bersamaan, beramai-ramai. Dan tetes yang paling keras menghantam adalah kenyataan bahwa aku dan kamu selalu bermimpi.
Lelah sekali rasanya ragaku. Waktu-waktu tertentu. Tiga sampai lima jam, yang begitu penuh dengan senyuman dan setelahnya adalah kosong. Lamunan panjang tentang masa dimana tiga sampai lima jam itu tidak akan lagi ada.
Aku. Kamu. Adalah dua kalimat yang terpisah kemudian. Teringat lagu yang kau nyanyikan hari itu,
Hold me close and hold me fast
The magic spell you cast
This is la vie en rose
When you kiss me heaven sighs
And though I close my eyes
I see la vie en rose
When you press me to your heart
I’m in a world apart
A world where roses bloom
And when you speak...angels sing from above
Everyday words seem...to turn into love songs
Give your heart and soul to me
And life will always be
La vie en rose
Tuhan. Ini mungkin adalah suratku untukMu. Atau salah satu karyaku. Tapi yang jelas, aku ingin menanyakan banyak hal tentang hari ini, perasaan cinta dan kehidupan. Apa yang akan terjadi hari ini Tuhan? Adakah sesuatu yang khusus untukku? Atau hanya untuk mereka -yang sedikit kusalahkan atas rasa sakitku- yang akan memulai kehidupan lagi hari ini?
Tuhan, aku tak ingin melarutkan perasaan ini terus menerus. Tapi aku tak mengerti, aku hanya terus terbawa arus. Komponen-komponen tubuhku mendadak seperti diseret air rasa. Aku terus terbawa. Aku tak mau. Bagaimana cara aku berdiri saat aku terjatuh dalam sungai derasMu? Aku merasa seperti banyak lumut dalam aliran deras ini. Sehingga saat aku ingin berdiri, aku terjatuh dan terus saja terjatuh. Badanku tak payah mencoba untuk berdiri. Tapi tak pernah berhasil. Bukankah lumut itu harusnya menjadi sesuatu yang sangat berguna untuk aku, manusia? Tapi mengapa aku selalu saja menyalahkannya? Aku belum bisa mencari keuntungan dari lumut dalam hal ini.
Tuhan, udara tidak terhirup dan terhembus seperti seharusnya hari ini. Oksigen tidak beredar dengan sempurna menit ini. Dan yang parah, karbon dioksida tidak keluar sempurna setiap detiknya.
Tuhan, maafkan aku. Terkadang aku berpikir, hidupku hambar tanpa dirinya. Hidupku akan menjadi rusak. Walaupun aku tahu ia bukan teman seperjuanganku, bukan orang yang bisa menjadi pemandu hidupku dan pula aku ingin menyingkirkannya. Tapi kemudian saat ia hadir kembali disini bukan untukku, aku menyesalkannya. Siapa yang salah Tuhan? Adakah yang salah? Apakah aku yang terlalu bodoh, memilih orang bodoh? Atau ia yang bodoh, meninggalkan aku? Atau aku saja yang egois? Dapatkah aku menyalahkan seseorang, hanya sekedar untuk kepuasan batinku saja? Tuhan, tolong aku. Aku sadar ia membuatku menafikkanMu. Ia membuatku lupa tentangMu. Dan aku tak mau ini semua terjadi. Sementara ia beranjak suci, aku seperti menampung semua dosa dan nistanya, aku menjadi kotor. Sedangkan aku adalah yang menjaga kesucian. Aku hanya penjaga, aku tetap tak mungkin sebersih suci, tapi paling tidak, aku tak boleh menampung dosa yang kotor.
Apakah semua orang yang jatuh cinta, melupakan Tuhannya?
Tuhan, Kau melihat sendiri kejadian ini. Ia berdiri didepanku, berlutut meminta penerimaan sebulat cincin di tangannya. Berkata-kata manis dan janji seumur hidup, menjanjikan pertanggung jawaban. Ah… aku terharu. Hanya saja, kemudian aku sadar haru yang seharusnya untukku ini, ada di sisi wanita itu, yang sedang ia tatap dalam-dalam matanya. Aku hanya menerima air mata, tanpa rasa haru, melainkan perasaan lain yang juga disertai buliran panas itu. Hasil perintah para syaraf-syaraf hati atas perlakuan kasar yang di hadapkan padaku. Atas perlakuan tidak manusiawinya. Tuhan, pantaskah aku menangis? Apakah aku terlalu mencintainya, aku takut ini semua menjadi salah. Aku tidak boleh mencintai siapapun sebesar ini sebelum cintaku padaMu sebesar ini. Tapi ya, aku mencintaMu.
Down here where I cannot see so clear
I said, what do I know
Show me the right way to go
(Coldplay - Spies)
Tunjukkan aku Tuhan, tunjukkan aku jalan yang baik. Show me the right path to Your way. Your perfect way. Atau jika tak bisa, kuatkan aku. Tolong kuatkan aku menjalani semua cobaan ini. Aku tahu, Kau adalah Maha Penyayang. Kau memberikan cobaan untukku belajar dan Kau tidak memberikannya kecuali aku bisa melewatinya. Maka dari itu, bantulah aku. Karena saat ini, aku agak letih dengan kekacauan yang sedang berlangsung, namun aku tahu tetap harus berusaha tak lelah menghadapinya. Karena aku tidak mau gila.
Posted in PK
Designed by Wordpress Themes. Converted into Blogger Templates by Theme Craft