mata, hati, teling

"saya tidak berani bermimpi, saya lelah terjatuh"

sebenarnya tidak ada yang salah dengan mimpi. Mimpi adalah sebuah anugrah yang indah, baikmimpi tersebut mimpi buruk maupun mimpi yang menyenangkan. Untuk saya, mimpi adalah satu-satunya kesempatan dimana saya memiliki kebebasan untuk berekspresi. Dengan mimpi saya tidak takut ditertawakan jika saya ingin bernyanyi ala ratu, menggunakan suara hidung yang tidak enak didengar. Dengan mimpi, saya tidak perlu takut berdansa dan menari menggunakan baju ajaib. Dengan mimpi saya tidak perlu merasa aneh jika saya menikmati  mimpi buruk dan menjadikannya titik tolak saya menulis. Mimpi buruk adalah sebuah karya.
Selama semua itu masih mimpi, dan bukannya nyata.
Ketika sedang dalam titik terrendah hidup saya, yang akan saya lakukan adalah mencuri waktu sejenak untuk membuat rencana. Apa yang akan saya lakukan 5 menit kedepan, 1 minggu kedepan, 1 tahun kedepan. Mimpi tersebut membuat saya terbang tinggi berangan-angan. Tidak jarang saya terjatuh. Tapi rasa sakit saya adalah tanda bahwa saya masih hidup, dan saya memiliki kesempatan untuk mengejar mimpi tersebut.
Saya tidak akan berhenti hanya karena saya merasakan sakit. Saya tidak akan berhenti walaupun saya terluka. Mungkin saya mengambil waktu sejenak untuk menangis, menuliskan rasa sakit. Tapi kemudian saya akan berusaha sekuat tenaga untuk berdiri.

saya tidak akan rela jika orang yang mendorong saya hingga saya jatuh tahu bahwa saya menyerah, saya kalah. saya akan mengejarnya. dan saya akan menyingkirkan apa-apa yang menghalangi saya.

TEPAT SEKALI..

Buka mata hati telinga
Sesungguhnya masih ada yang lebih penting dari sekedar kata cinta ooo..
Yang kau inginkan tak selalu
Yang kau butuhkan mungkin memang yang paling penting
Cobalah untuk membuka mata hati telinga



Untuk saya memang ada sedikit kebahagiaan saat saya berada dalam titik terrendah tersebut. Kebahagiaannya adalah bahwa saya memiliki kesempatan untuk menulis dengan semua amarah saya luapkan semena-mena. Tapi keterpurukan bukanlah alasan untuk menejelek-jelekkan diri sendiri. Menjelek-jelekkan diri sendiri? Saya terlalu egois dan sombong untuk melakukan hal semacam itu. Dan saya rasa egoisme dan sombongisme itulah yang kemudian menyelamatkan saya dari kegilaan.
Dan keterpurukan saya tersebut bukanlah alasan untuk menolak segala bentuk pengangkatan diri dan saran karena itu menyebalkan, dan saya sudah cukup merasa kesepian untuk ditinggalkan orang lain.

0 Response to "mata, hati, teling"

Post a Comment