tulisan ini saya khususkan untuk Ia.
Ia, setiap kali aku membaca tulisanmu, aku selalu ingin menangis. Teringat bagaimana aku tidak lagi punya waktu untuk menuliskan perasaan-perasaanku. Terlalu lelah untuk melepaskan melankolisme kedalam kata. Terlalu bersemangat untuk mengekspresikan bahagiaku lewat barisan huruf.
Ia, setiap kali aku membaca tulisanmu, aku selalu ingin menangis. Teringat bagaimana semena-mena dan self centered nya aku karena menganggap tulisanmu adalah cerminan kehidupanku. Lucu.
Ia, bagaimana kau sempat melepaskan keluh, peluh, tawa dan senyummu dalam kata-kata yang begitu indah -ditengah suara tangis anak-anakmu, panggilan dari istrimu, dan waktu bekerjamu?
aku sedikit merindukan masa-masa sendiriku.
karena kata adalah adalah istana, katamu. Ya, aku setuju. Apalagi kata-kata itu adalah tulisan perasaan
Ia, setiap kali aku membaca tulisanmu, aku selalu ingin menangis. Teringat bagaimana aku tidak lagi punya waktu untuk menuliskan perasaan-perasaanku. Terlalu lelah untuk melepaskan melankolisme kedalam kata. Terlalu bersemangat untuk mengekspresikan bahagiaku lewat barisan huruf.
Ia, setiap kali aku membaca tulisanmu, aku selalu ingin menangis. Teringat bagaimana semena-mena dan self centered nya aku karena menganggap tulisanmu adalah cerminan kehidupanku. Lucu.
Ia, bagaimana kau sempat melepaskan keluh, peluh, tawa dan senyummu dalam kata-kata yang begitu indah -ditengah suara tangis anak-anakmu, panggilan dari istrimu, dan waktu bekerjamu?
aku sedikit merindukan masa-masa sendiriku.
karena kata adalah adalah istana, katamu. Ya, aku setuju. Apalagi kata-kata itu adalah tulisan perasaan
Post a Comment